Rabu, 31 Oktober 2012

Saat ini dunia farmasi dan kedokteran telah berkembang
pesat, sehingga sudah banyak dibuat dan dipakai
berbagai jenis obat-obatan yang diproduksi oleh pabrik-
pabrik farmasi. Oleh karena sebagian besar bahan baku
untuk pembuatan obat-obatan tersebut masih diimport dari
luar negeri, maka mengakibatkan harganya menjadi mahal
dan kadang-kadang tidak terjangkau oleh sebagian
masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Adanya
krisis moneter dan krisis ekonomi yang berkepanjangan di
Indonesia akhir-akhir ini membuat harga obat-obatan
produksi pabrik menjadi semakin mahal dan semakin tidak
terjangkau lagi oleh masyarakat kecil. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka perlu digalakkan penggunaan
obat-obatan tradisional, khususnya yang dibuat dari
ramuan tanaman. Triterpenoid mempunyai
kegiatan fisiologi yang menonjol sehingga dalam
kehidupan sehari-hari banyak dipergunakan sebagai obat
seperti untuk pengobatan penyakit diabetes, gangguan
menstuasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati
dan malaria. Sedang bagi tumbuhan yang mengandung
senyawa Triterpenoid terdapat nilai ekologi karena
senyawa ini bekerja sebagai anti fungus, insektisida, anti
pemangsa, anti bakteri dan anti virus [2].


 Diantara tanaman tingkat tinggi, salah satunya adalah daun sirsak (Annona muricata Linn.) dari suku Annonaceae, yang kemungkinan mengandung golongan senyawa steroid/triterpenoid, karena pada tanaman srikaya (Annona Squamosa Linn.) mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain steroid/triterpenoid
yang dapat digunakan sebagai bahan kontrasepsi, oleh karena kedua tumbuhan ini mempunyai genus yang sama, kemungkinan memiliki senyawa kimia dan khasiat yang sama pula. Golongan senyawa`steroid/triterpenoid merupakan komponen aktif dari tumbuhan yang telah digunakan untuk mengobati beberapa penyakit dan digunakan dalam bidang farmasi untuk pembuatan obat-obat kontrasepsi, anabolik, dan antiinflamasi (Robinson, 1995).

Rabu, 17 Oktober 2012


Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial)
Aktivitas Biologi
Nikotin
Stimulan pada syaraf otonom
Morfin
Analgesik
Kodein
Analgesik, obat batuk
Atropin
Obat tetes mata
Skopolamin
Sedatif menjelang operasi
Kokain
Analgesik
Piperin
Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin
Obat malaria
Vinkristin
Obat kanker
Ergotamin
Analgesik pada migrain
Reserpin
Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Mitraginin
Analgesik dan antitusif
Vinblastin
Anti neoplastik, obat kanker
Saponin
Antibakter

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/alkaloid_senyawa_organik_terbanyak_di_alam/

Rabu, 10 Oktober 2012

flavonoid dalem tumbuhan.

Ramuan herbal banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia. Di papua terkenal dengan Ramuan Natural Alami Herbal Sarang Semut (Myumeccodia) atau bisa disebut fira papua. sarang semut Sarang semut manfaat atau kegunaan atau fungsi atau bisa disebut sebagai manfaat sarang semut fira papua yang memang telah terbukti khasiatnya. Ramuan Natural Alami Herbal Sarang Semut (Myumeccodia) Asli dari Papua Sarang semut adalah salah satu tumbuhan epyfit yang mana umbinya dihuni oleh semut, sehingga diberi nama sarang semut. Sarang semut (Myumeccodia) menurut penelitian ilmuan dunia sarang semut ada 26 species. Menurut martin heil dari departemen of bio organic chevistry-max plant-institute jerman sejak tahun 1960 sudah menjadi wacana penelitian. Khasiatnya telah diuji dan terbukti satu-satunya tumbuhan penyembuh kanker dan tumor di sunia. Ditemukan di pedalaman wamena (papua) pada awal januari 2005, kesimpulan sekian peneliti setelah dibedah dengan alat rontgen (sinar X) ternyata mengandung flavonoida, glikosida, polifenol, antioksidan, vitamin, mineral,dan asamfrominat
Dengan ijin Allah Berkhasiat :
1. Menyembuhkan berbagai jenis kanker dan tumor (kanker otak,hidung,payudara,liver,paru- paru,usus,rahim,kulit,prostat,kanker darah)
2. Penyakit gangguan jantung,stoke berat dan ringan,rheumatik,asam urat,sesak nafas,batuk termasuk TBC,menghilangkan aneka benjolan dalam waktu relatif singkat seperti : gondok dan kanker payudara
3. Gangguan ginjal
4. Usus buntu, usus turun (hernia)
5. Tekanan darah tinggi (hipertensi), wasir (ambeien)
6. Diabetes
7. Sangat cocok bagi kaum perempuan yang habis melahirkan
8. Menstruasi tidak tepat waktu
9. Meningkatkan gairah pria dan wanita
Cara Pakai : Dalam 100 gram direbus 3 liter air sampai mendidih kemudian disaring lalu diminum secara rutin sebulan,warna dan rasanya sama dengan teh,direbus berulang-ulang sampai airnya putih – Untuk pencegahan minum 3 gelas sehari (3 x 1) – Untuk penyembuhan minum 6 gelas sehari (6 x 1) Lebih nikmat dicampur dengan madu Catatan : – Tidak dianjurkan untuk wanita hamil – Tidak ada efek samping (over dosis) Selamat mencoba semoga lekas sembuh.
Penelitian Mahasiswa UGM tentang Sarang Semut Mendapat Medali Emas di Makassar Sarang Semut Mampu Membunuh Sel Kanker 27/07/2011 08:48:51 SARANG semut (Myrmecodia Peden) selama ini banyak digunakan masyarakat untuk pengobatan.
Tanaman epifit yang banyak dijumpai di daerah Papua ini diyakini mampu mengatasi berbagai penyakit berat seperti kanker, diabetes, hipertensi, lever, asam urat, dan jantung. Setelah dilakukan berbagai penelitian ilmiah yang mampu membuktikan khasiat dari tanaman ini.
Penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM, Arius Suwondo, Felicia Widyaputri, Marika Suwondo dan Prenali Satmika membuktikan sarang semut mampu menghambat bahkan membunuh sel kanker. Penelitian tersebut mengantarkan kelima mahasiswa tersebut meraih medali emas pada Pimnas XXIV di Universitas Hasanudin, Makasar 19-21 Juli lalu.* Bersambung hal 7 kol 3 Penelitian tersebut berjudul ‘Myrmecodia Peden: Alternatif Kemoterapi Kanker Payudara dengan Efek Samping Minimal’. Kepada wartawan di FK-UGM, Selasa (26/7) Arius Suwondo mengatakan, tim ini tergerak meneliti tanaman sarang semut karena selama ini banyak dikonsumsi masyarakat dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, di antaranya kanker.
Para mahasiswa melakukan kajian lebih dalam untuk mengetahui apakah tanaman ini bisa digunakan sebagai obat alternatif untuk mengobati kanker dengan efek samping minimal, tidak seperti pada pengobatan kemoterapi yang menimbulkan sejumlah efek samping. Ide muncul setelah melihat pengobatan kanker dengan cara kemoterapi banyak menimbulkan penderita kanker putus ada.
Di tengah pengobatan drop out dan menghentikan terapi karena mengalami beberapa efek samping. Diharapkan dengan pengobatan herbal sarang semut mampu meminimalisir efek samping penderita kanker. Sarang semut diketahui mengandung flavanoid dan polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker.
Selain itu juga mengandung tokoferol dan alfa-tokoferol, zat dengan aktivitas anti oksidan tinggi mampu menghambat radikal bebas. Disebutkan Arius dari hasil uji sitotoksik diketahui adanya aktivitas terhadap sel kanker, setelah direaksikan dengan ekstrak sarang semut. Ekstrak sarang semut terbukti mampu menghambat bahkan membunuh sel kanker. Hal ini terjadi melalui mekanisme apoptosis yaitu mematikan sel kanker dengan cara terprogram tanpa menimbulkan rasa sakit pada penderita. ”Setelah melalui uji sitotoksis, dapat terlihat tanaman ini mampu menghambat dan bahkan mematikan sel kanker dengan mekanisme apoptosis, tidak memecahkan sel yang menimbulkan peradangan yang bisa membahayakan kesehatan pasien,” ujarnya. Menurut Felicia Widyaputri, dengan dosis Inhibitory Consentration (IC) 50 sebesar 539,902 mikrogram/mililiter mampu menghambat hingga 50 persen pertumbuhan sel kanker.
Saat dosis ekstrak sarang semut ditingkatkan dengan Effective Consentration (EC)50 sebesar 1599,998 mikrogram/mililiter dapat membunuh sel kanker hingga 50 persen. ”Ketika dosisnya meningkat maka proses apoptosisnya juga meningkat, dengan EC 50 sebesar 1599,998 mikrogram/mililiter dapat membunuh sel kanker sampai angka 50 persen,” kata mahasiswi angkatan 2008 ini.
Penilitian yang dilakukan ke-5 mahasiswa baru dilakukan secara in vitro (skala laboratorium) belum diujikan pada hewan maupun manusia. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan hasil positif tersebut tidak menutup kemungkinan ke depan akan dicobakan ke hewan. Selanjutnya ke manusia namun perlu dilakukan serangkaian pengujian lebih dalam lagi,” ujarnya. (Asp)-e Artikel ini di copy-paste dari Kedaulatan Rakyat Online RISET ILMIAH TUMBUHAN SARANG SEMUT Oleh Trubus
Hasil diagnosis dokter Samuel menyebutkan, Mona Pangkey mengidap tumor akibat kelainan kelenjar. Kabar itu terasa menyakitkan untuk ibu satu anak itu. Resep dari dokter segera ia tukarkan di apotek lantaran hasrat untuk sembuh begitu besar. Sayang, impian sembuh bagai fatamorgana yang sulit direngkuh. Setahun mengkonsumsi obat-obatan yang disarankan dokter, penyakit maut itu masih bercokol. Itulah sebabnya, Mona melirik pengobatan herbal. Namun, jalan penyembuhan itu juga tidak memberi banyak harapan. Sakitnya tidak kunjung membaik. Saya sangat khawatir dan gelisah oleh karena saya sudah berkeluarga dan memjugayai seorang anak kecil, katanya. Kegelisahannya memuncak tatkala tumor itu meranum, lalu pecah. Nanah dan darah mengalir deras dari luka itu. Ia merasakan nyeri yang sangat sehingga selama 3 pekan beristirahat. Meski demikian harapan untuk sembuh tidak pernah putus. Ketika suaminya membawa serbuk sarang semut (Myumeccodia) dari teman sejawat, harapan itu meletup-letup. Maklum, di kemasan memang tertulis, sarang semut (Myumeccodia) antara lain mampu mengatasi tumor dan kanker. Hari itu, pada pertengahan 2005, mulailah Mona Pangkey meminum rebusan serbuk sarang semut (Myumeccodia). Yang disebut sarang semut (Myumeccodia) bukan sarang yang dibuat oleh semut dan menggelantung di pohon-pohon. Sarang semut nama sekelompok tumbuhan epifit yang menempel di pohon. Kelompok tumbuhan itu terdiri atas 2 genus Myrmecodia dan Hydnophytum dengan belasan spesies. Umbi kedua jenis tumbuhan anggota famili Rubiaceae itu menggelembung dipenuhi duri tajam. Di dalam umbi itulah terdapat labirin-labirin yang dihuni oleh semut dan cendawan. Daging umbi tanaman itulah yang diris tipis-tipis, dijemur, dan dikemas dalam plastik transparan. Ramuan itu disodorkan kepada Mona Pangkey oleh sang suami. Setiap hari ia 3 kali minum rebusan sarang semut (Myumeccodia) masing-masing segelas. Sebulan berselang, benjolan di leher hilang sama sekali bersamaan dengan mengeringnya luka dan lenyapnya sakit saat mengunyah. Mona penasaran dengan kejadian itu. Pada September 2005 ia memeriksakan diri ke dokter yang dulu menyarankan untuk mengoperasi tumornya. Dokter terheran-heran saya sudah sembuh. Lalu dokter menanyakan apakah saya minum obat lain? Karena katanya selama ini pasien-pasiennya penyakit yang sama, tidak pernah dapat sembuh secepat yang saya alami, paparnya. Terbukti Se bagaimana Tata Cara empiris sarang semut (Myumeccodia) tidak hanya tokcer menyembuhkan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit lain yang berhasil diatasi oleh kerabat kacapiring itu antara lain bronkitis, diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, dan stroke (baca: Sang Penambal Jantung Bocor, halaman 16- 17). Oleh oleh karena itu saat ini banyak pasien menyandarkan harapan kesembuhan pada sarang semut (Myumeccodia) seperti dialami Mona Pangkey. Kesembuhan Mona Pangkey bukan sekadar se bagaimana Tata Cara tidak sengaja belaka. Para peneliti negeri jiran membuktikannya melalui serangkai riset ilmiah. Dalam uji in vitro, anggota famili Rubiaceae itu terbukti tokcer mengatasi sel kanker. Yang membuktikan keampuhan itu ialah Qui Kim Tran dari University National of Hochiminch City dan koleganya seperti Yasuhiro Tezuka, Yuko Harimaya, dan Arjun Hari Banskota.
Ketiga orang sejawat Qui itu bekerja di Toyama Medical and Pharmaceutical University. Qui Kim Tran mengambil by ki nam-sebutan sarang semut (Myumeccodia) di Vietnam-dari Tinh Bien, Provinsi Angiang dan Provinsi Lamdong. Di negeri lumbung beras itu sarang semut (Myumeccodia) se bagaimana Tata Cara tradisional dimanfaatkan untuk mengatasi beragam penyakit seperti diare, hepatitis, keputihan, malaria, dan rematik. Tumbuhan berbobot 2-3 kg itu kemudian diekstrak dengan berbagai pelarut seperti air, methanol, dan campuran methanol-air. Mereka lantas menumbuhkan 3 sel kanker yang amat metastesis alias mudah menyebar ke untukan tubuh lain seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker usus. Masing-masing hasil ekstraksi itu lalu diberikan kepada setiap sel kanker. Hasilnya menakjubkan, sarang semut (Myumeccodia) memjugayai aktivitas antiproliferasi. Dalam dunia kedokteran, proliferasi berarti pertumbuhan sel yang amat cepat dan abnormal. Kanker memang berarti pertumbuhan sel yang cepat dan tidak terkendali. Antiproliferasi berarti menghambat proses perbanyakan sel itu, papar dr Willy Japaries MARS, dokter alumnus Universitas Indonesia. Seperti dikutip Biology Pharmaceutical Bulletin, periset itu menuturkan, Seluruh ekstrak sarang semut (Myumeccodia) menekan proliferasi sel tumor manusia. Dalam uji itu terbukti tingkat efektivitas EC50 mencapai 9,97 mg/ml pada ekstrak methanol. Artinya hanya dengan dosis kecil, 9,97 mg/ml, ekstrak sarang semut (Myumeccodia) mampu menekan 50% laju pertumbuhan sel kanker. Sedangkan EC50 pada ekstrak air 22,3 mg/ml; campuran methanol-air, 11,3 mg/ml. Riset itu seperti meneguhkan pengalaman empiris banyak orang yang sembuh dari kanker. Menurut Hendro Saputro, produsen sarang semut (Myumeccodia) di Wamena, Papua, se bagaimana Tata Cara empiris sarang semut (Myumeccodia) mampu mengatasi beragam jenis kanker, selain itu kanker nasofaring. Flavonoid Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, guru besar Jurusan Farmasi Universitas Indonesia, tanaman epifit seperti sarang semut (Myumeccodia) memang potensial sebagai obat. Jika tanaman hidup bersimbiosis dengan tanaman lain, kaya metabolit sekunder. Ada yang berasal dari tanaman inang maujuga epifit itu sendiri, ujar Sumali. Semua makhluk memiliki metabolit primer yang sangat dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan asam lemak. Sedangkan metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, steroid, dan glikosida tidak mutlak ada. Senyawa aktif apa yang terkandung dalam sarang semut (Myumeccodia)? Uji penapisan yang dilakukan oleh Dr Muhammad Ahkam Subroto dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi membuktikan, sarang semut (Myumeccodia) mengandung flavonoid dan tanin. Dengan ditemukannya senyawa flavonoid dan tanin, sarang semut (Myumeccodia) sangat berpotensi menjadi fitofarmaka setelah melalui serangkaian uji, ujar Prof Dr Sidik, guru besar Farmakologi Universitas Padjadjaran. Bagi tubuh, flavonoid berfungsi sebagai antioksidan sehingga ampuh mencegah sekaligus mengatasi serangan kanker. Mekanisme kerja flavonoid dalam mengatasi kanker dengan menginaktifasi karsinogen, penghambatan siklus sel, dan induksi apoptosis.
Sumali Wiryowidagdo, mengingatkan untuk tidak terlalu lama ketika merebus sarang semut (Myumeccodia). Tujuannya agar flavonoid yang dikandung tidak rusak. Kalau dilakukan perebusan pada suhu 90oC hanya boleh 15 menit, ujarnya. Mengenai kandungan flavonoid dan tanin, Prof Dr Elin Yulinah Sukandar, guru besar Farmasi ITB mengatidakan, sulit menganalisis lantaran tergantung senyawa yang diikat. Flavonoid dan tanin terdiri atas banyak senyawa. Bentuknya bervariasi, masing-masing memjugayai fungsi tersendiri, dari antioksidan, antialergi, sampai antibakteri, kata doktor Farmakologi itu. Hingga tulisan ini diturunkan, Muhammad Ahkam masih menguji elusidasi untuk mengetahui jenis tanin dan flavonoid. Masih ada kegunaan lain flavonoid: meningkatkan air susu ibu. Menurut ahli gizi Institut Pertanian Bogor, Ahmad Sulaeman PhD, flavonoid memiliki sifat laktagogal yang mengandung hormon penting untuk merangsang dan melancarkan air susu ibu. Itulah yang dialami oleh Tri Wayat Turyanti (34 tahun) saat melahirkan bayi kembar 4 tahun lalu. Produksi ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan Ari Tegar Pambudi dan Ario Pangestu-nama kedua bocah kembar itu. Namun, 2 pekan setelah melahirkan ia rutin minum rebusan sarang semut (Myumeccodia) produksi ASI berlimpah. Perempuan kelahiran Jayapura 24 Oktober 1971 itu juga merasa lebih fit dan tidak mudah lelah.
Di samping itu nongon-sebutan sarang semut (Myumeccodia) di Lembah Baliem-juga mengandung tokoferol. Tokoferol mirip vitamin E yang berefek antioksidan efektif. Menurut Prof Dr Elin Yulinah Sukandar, guru besar Farmasi ITB, kandungan tokoferol itu cukup tinggi. Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker. Ia menangkal serangan radikal bebas dengan bagaimana Tata Cara antidegeneratif, katanya. Senyawa kaya vitamin E itu juga berfaedah sebagai antipenuaan.
Bila kita mengkonsumsi banyak lemak dan radikal bebas, dengan adanya tokoferol akan mengatasinya, ujar ahli Ahmad Sulaeman PhD. Doktor ahli nutrisi alumnus University of Nebraska Lincoln itu mengungkapkan, peran vitamin E untuk kesehatan amat vital. Ia mencegah asam lemak tidak jenuh, komponen sel membran dari oksidasi oleh radikal bebas. Tingginya peroksidasi komponen itu memicu serangan penyakit degeneratif seperti beragam kanker, diabetes mellitus, dan jantung. Nah, tokoferol dalam sarang semut (Myumeccodia) mencegah terjadinya peroksidasi alias menekan serangan penyakit. Kebutuhan tokoferol pria dewasa 15 mg per hari. Dari konsumsi sarang semut (Myumeccodia) itu saja sudah tercukupi, berlebih malah.
Apakah justru berdampak buruk? Ahmad Sulaeman mengatidakan, konsumsi tokoferol berlebih tetap aman. Bahkan bila dosisnya sampai 800 mg per hari juga masih aman, ujar dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB itu. Sulaeman mengatidakan, sarang semut (Myumeccodia) berfaedah sebagai pangan fungsional. Maksudnya, memberikan nilai gizi sekaligus bermanfaat untuk kesehatan. Contoh, kandungan kalium berguna untuk penderita hipertensi. Karbohidrat terdiri atas pati dan serat yang bermanfaat mencegah serangan jantung koroner dan kardiovaskuler. Pulih kembali Riset ilmiah lain juga dilakukan oleh Muhammad Ahkam Subroto untuk menjamin keamanan konsumen sarang semut (Myumeccodia). Penghujung Maret 2006 ia menguji tingkat keamanan konsumsi sarang semut (Myumeccodia). Ekstrak air tumbuhan obat itu diberikan kepada 3 kelompok mencit; 1 kelompok lain, kontrol-tidak diberi ekstrak. Setiap kelompok mencit terdiri atas 10 ekor masing-masing 5 jantan dan betina berumur 3 bulan serta berbobot 16 gram. Delapan jam setelah dipuasakan, 3 kelompok mencit diberi ekstrak sarang semut (Myumeccodia) dengan dosis 7,5 mikroliter untuk kelompok I, 75 mikroliter (II), dan 750 mikroliter (III). Ekstrak diberikan se bagaimana Tata Cara oral. Jika dikonversi pada manusia berbobot 50 kg, dosis 7,5 mikroliter setara 30 sendok makan. Dosis percobaan lazimnya hanya 2 g. Dosisnya memang dilipatgandakan untuk mengetahui tingkat keracunan, ujar doktor alumnus University of New South Wales Sydney, Australia. Hasilnya? Hingga hari ke-5, pemberian ekstrak sarang semut (Myumeccodia) untuk semua dosis belum mempengaruhi kinerja ginjal, hati, jantung, limpa, organ reproduksi, dan paru. Artinya, ke-6 organ itu masih berfungsi normal. Pada hari ke-12 organ mencit kelompok I dan II tidak ada perubahan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, ginjal kelompok III terjadi degenerasi dan lisis pada sel epitel tubuli. Sedangkan ginjal kelompok I dan II baru mengalami degenerasi pada hari ke-19. Pada hari yang sama, hati semua kelompok melemak. Hanya 2 organ itulah yang mengalami gangguan; 4 organ lain, tetap berfungsi dengan baik. Yang menggembirakan kerusakan ginjal dan hati memiliki sifat reversibel alias pulih kembali pada hari ke-23. Itu berarti daya tahan sel sudah beradaptasi. Aman Riset itu membuktikan, konsumsi 3 kali 1 sendok makan lokon-sebutan sarang semut (Myumeccodia) di Wamena-per hari masih sangat aman.
Soal keamanan juga ditindaklanjuti Ahkam melalui uji toksisitas kronis. Satwa pengerat kembali menjadi kelinci percobaan. Mereka diuntuk dalam 2 kelompok, masing-masing terdiri atas 5 jantan dan 5 betina. Kelompok A diberi 1.500 mikroliter; kelompok B, 3.000 mikroliter ekstrak air sarang semut (Myumeccodia). Meski dosis ditingkatkan hingga 400 kali, 3 pekan berselang tidak seekor Mus cervicolor juga meregang nyawa. Anggota bangsa Rodentia itu sehat walafiat. Itulah sebabnya uji toksisitas akhirnya dihentikan. LD50 (lethal dosage, dosis mematikan, red) tidak ditemukan. Jadi rupanya dengan konsentrasi 400 kali belum cukup toksik untuk mematikan. Itu berita bagus, walau kita mungkin harus cari sampai dosis ditingkatkan 1.000 kali. Namun, dosis itu kan sudah keterlaluan, ngga mungkin orang konsumsi sampai satu kilo, ujar ahli peneliti utama LIPI itu. Ahkam menyimpulkan, angka LD50 sarang semut (Myumeccodia) amat tinggi sehingga keamanan konsumen terlindungi. Menurut Prof Dr Sumali kriteria obat yang bagus jika dosis efektif berjauhan dengan LD50. Harap mafhum, konsumsi herbal umumnya tanpa pengawasan dokter. Makin tinggi hasil toksisitasnya makin bagus sebagai obat, kata Sumali.
Bandingkan dengan kemoterapi, misalnya, yang dosis mematikannya hanya 10 kali, sementara sarang semut (Myumeccodia), dosis hingga 400 kali juga belum terjadi kematian. Dengan temuan riset itu keselamatan konsumen sarang semut (Myumeccodia) memang terjaga. Selain itu konsumen juga memjugayai banyak pilihan obat untuk menanggulangi gempuran beragam penyakit. Sekadar menyebut contoh ada minyak buah merah, virgin coconut oil alias minyak kelapa murni, dan sarang semut (Myumeccodia). Konsumen tidak perlu pening memilih penyembuh. Sebab, masing-masing memjugayai pemanfaatan berbeda. Riset ilimiah yang dilakukan berbagai pihak memang baru langkah awal untuk menyibak misteri sarang semut (Myumeccodia). Sehendep-sebutan sarang semut (Myumeccodia) di suku Yali-mesti melalui beragam uji lain seperti uji in vivo dan uji klinis untuk membuktikan keampuhannya sebagai panasea alias obat beragam penyakit. Uji in vitro saja belum cukup lantaran, Uji in vitro belum menjamin keberhasilan in vivo. Cukup Banyak faktor seperti hormon dan mekanisme kerja tubuh lain yang berpengaruh, ujar Japaries. (Sardi Duryatmo/Peliput: Dian Adijaya, Imam Wiguna, Syalita Fawnia, & Vina Fitriani) OBAT ALTERNATIF: SARANG SEMUT PENAKLUK PENYAKIT MAUT Oleh: M. Ahkam Subroto Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk tanaman obat. Beberapa tanaman obat asal Papua telah menyedot perhatian banyak kalangan, baik kalangan medis konvensional maujuga kalangan pengobatan komplementer dan alternatif, termasuk di antaranya ialah mahkota dewa yang populer pada awal 2000, buah merah 2004 dan keben 2005. Kini herbal-herbal itu masih terus dibi bagaimana Tata Carakan dan digunakan oleh masyarakat luas. Khasiatnya mulai pula diakui di luar negeri. Awal 2006 kita telah memperkenalkan satu herbal lagi dari Papua yang juga mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat luas, yaitu tumbuhan sarang semut (Myumeccodia).
Sarang semut memiliki banyak khasiat untuk pengobatan berbagai penyakit, mulai dari yang ringan seperti mimisan, maag, asam urat dan wasir hingga penyakit-penyakit berat seperti tumor, kanker, TBC dan jantung koroner. Selain itu, tumbuhan ini dapat meningkatkan dan memperlancar produksi air susu ibu (ASI) dan memulihkan kesehatan wanita setelah persalinan, meningkatkan stamina dan sebagai afrodisiak (meningkatkan gairah seksual). Mengenal Tumbuhan Sarang Semut Sarang semut yang telah dikenal oleh masyarakat luas ialah sarang semut (Myumeccodia) berupa lubang-lubang di tanah, bangunan atau daun-daun di pohon yang dibuat sendiri oleh koloni semut tertentu, dapat semut merah, rangkang, semut hitam, atau semut putih. Namun yang dimaksud di sini bukan sarang semut (Myumeccodia) seperti itu, melainkan tumbuhan epifit yang menempel di pohon-pohon besar yang batang untukan bawahnya menggelembung berisi rongga-rongga yang disediakan sebagai sarang semut (Myumeccodia) jenis tertentu. Sarang semut merupakan tumbuhan dari Hydnophytinae (Rubiaceae) yang berasosiasi dengan semut. Tumbuhan ini memiliki sifat epifit, artinya menempel pada tumbuhan lain, tidak hidup se bagaimana Tata Cara parasit pada inangnya tetapi hanya memanfaatkannya untuk menempel. Contoh epifit lain yang lazim dijumpai hidup di pohon ialah lumut kerak, lumut, alga, tumbuhan perambat dan anggrek. Sebenarnya ada 5 genus sarang semut (Myumeccodia) dari famili Rubiaceae, tetapi hanya genus Hydnophytum dan Myrmecodia yang paling dekat berasosiasi dengan semut. Genus sarang semut (Myumeccodia) itu diuntuk menjadi beberapa spesies berdasarkan struktur umbinya. Hydnophytum terdiri dari 45 spesies dan Myrmecodia 26 spesies. Semua spesies dari tumbuhan ini memiliki batang menggelembung yang berongga-rongga menyerupai buah yang umumnya dihuni oleh semut. Penyebaran sarang semut (Myumeccodia) mulai dari Semenanjung Malaysia hingga Filipina, Kamboja, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua, Papua Nugini, Cape York hingga Kepulauan Solomon. Di Propinsi Papua, tumbuhan sarang semut (Myumeccodia) dapat dijumpai terutama di kawasan Pegunungan Tengah, yaitu di hutan belantara Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Paniai. Keanekaragaman terbesar dari sarang semut (Myumeccodia) ditemukan di pulau Papua dimana spesies dataran tingginya ialah lokal spesifik. Se bagaimana Tata Cara ekologi, sarang semut (Myumeccodia) tersebar dari hutan bakau dan pohon-pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2400 m.
Sarang semut paling banyak ditemukan di padang rumput dan jarang ditemukan di hutan tropis dataran rendah, tetapi lebih banyak ditemukan di hutan dan daerah pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600 m. Ia banyak ditemukan menempel pada beberapa pohon, umumnya di pohon kayu putih, cemara gunung, kaha, dan pohon beech, tetapi jarang pada pohon-pohon dengan batang halus dan rapuh seperti Eucalyptus. Sarang semut juga tumbuh pada dataran tanpa pohon dengan nutrisi rendah dan di atas ketinggian pohon.
Di habitat liarnya sarang semut (Myumeccodia) dihuni oleh beragam jenis semut dan kadang kadang oleh tiga spesies dari genus Iridomyrmex. Identifikasi yang kita lakukan terhadap sarang semut (Myumeccodia) Myrmecodia pendens menunjukkan bahwa tumbuhan ini dihuni oleh koloni semut dari jenis Ochetellus sp. Pengetahuan Tradisional Sarang Semut Dari literatur tercatat hanya ada 1 spesies Hydnophytum dan 1 spesies Myrmecodia yang digunakan sebagai bahan obat oleh penduduk lokal suatu daerah tertentu di Asia Tenggara, yaitu Hydnophytum formicarum Jack dan Myrmecodia tuberosa Jack. Di Indonesia, H. formicarum yang di Jawa disebut urek-urek polo bentuk pastanya digunakan untuk mengobati pembengkakan, sakit kepala dan rematik. Sedangkan air rebusannya digunakan untuk mengobati hernia dan maag.
Di Filipina, air rebusannya digunakan untuk mengobati liver dan masalah pencernaan. Di Thailand, serbuknya digunakan untuk antelmintik (obat cacing), tonik jantung, penyakit tulang, penyakit kulit, penyakit paru-paru, sakit di persendian dan sebagai bahan campuran untuk obat antidiabetes. Di Malaysia, air rebusannya digunakan untuk mengobati kanker. Di Vietnam, tumbuhan ini digunakan untuk mengobati hepatitis, rematik dan diare. Di Indonesia pasta dari spesies M. tuberosa, disebut rumah semut, digunakan untuk mengobati pembengkakan dan sakit kepala. Selain itu, spesies lain M. pendans juga digunakan se bagaimana Tata Cara tradisional oleh penduduk lokal tertentu di Papua untuk menyembuhkan beragam gangguan kesehatan, tetapi tidak jelas jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan sarang semut (Myumeccodia) jenis ini.
Berdasarkan pengetahuan tradisional inilah akhirnya kita sejak tahun 2002 mulai mengembangkan dan mempopulerkan sarang semut (Myumeccodia) jenis ini sebagai obat beragam penyakit seperti tumor/kanker, jantung koroner, wasir, stroke, rematik, gangguan prostat, dll. Serangkaian penelitian ilmiah telah kita lakukan di LIPI untuk mengungkap khasiat sarang semut (Myumeccodia) ini. Kandungan Senyawa Aktif Analisis kimia dari sarang semut (Myumeccodia) menunjukkan bahwa tumbuhan ini terutama mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Saat ini lebih dari 6000 senyawa yang berbeda masuk ke dalam golongan flavonoid. Flavonoid merupakan untukan penting dari diet kita oleh karena banyak manfaatnya untuk kesehatan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh kita ialah sebagai antioksidan. Manfaat flavonoid antara lain ialah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Dalam banyak kasus flavonoid dapat berperan se bagaimana Tata Cara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus.
Fungsi flavonoid sebagai antivirus telah banyak dipublikasikan, termasuk untuk virus HIV (AIDS) dan virus herpes. Selain itu, flavonoid juga dilaporkan berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit lain seperti asma, kataraks, diabetes, encok/rematik, migren, wasir, dan periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi). Kemampuan sarang semut (Myumeccodia) untuk pengobatan berbagai jenis kanker/tumor, TBC, dan encok/rematik berkaitan erat dengan kandungan flavonoidnya. Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman rasa pahit yang dapat mengikat dan mengendapkan protein. Umumnya tanin dikenal digunakan untuk penyamakan kulit, tetapi tanin juga banyak aplikasinya di bidang pengobatan, misalnya untuk pengobatan diare, hemostatik (menghentikan perdarahan), dan wasir. Kemampuan sarang semut (Myumeccodia) untuk pengobatan wasir dan mimisan berkaitan erat dengan kandungan taninnya. Selain itu, sarang semut (Myumeccodia) kaya akan antioksidan tokoferol (vitamin E) dan beberapa mineral penting untuk tubuh seperti kalsium, natrium, kalium, seng, besi, fosfor dan magnesium.
Di dalam sistem metabolisme tubuh, kalsium berfungsi dalam kerja jantung, impuls syaraf, dan pembekuan darah. Besi berfungsi dalam pembentukan hemoglobin, transpor oksigen, aktivator enzim. Fosfor berfungsi dalam penyerapan kalsium dan produksi energi. Natrium memiliki peranan dalam kesetimbangan elektrolit, volume cairan tubuh dan impuls syaraf. Kalium berfungsi dalam ritme jantung, impuls syaraf dan kesetimbangan asam-basa.
Seng memiliki fungsi dalam sintesis protein, fungsi seksual, penyimpanan insulin, metabolisme karbohidrat dan penyembuhan luka. Sedangkan magnesium memiliki peranan dalam fungsi tulang, hati, otot, transfer air intraseluler, kesetimbangan basa dan aktivitas neuromuskuler. Fungsi-fungsi mineral di atas dapat menjelaskan beberapa khasiat lain dari sarang semut (Myumeccodia), misalnya dalam membantu mengatasi berbagai macam penyakit/gangguan jantung, melancarkan haid dan mengobati keputihan, melancarkan peredaran darah, mengobati migraen (sakit kepala sebelah), gangguan fungsi ginjal dan prostat, memulihkan kesegaran dan stamina tubuh, dan memulihkan gairah seksual. Aktivitas Farmakologi Sarang Semut Di beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam, riset sarang semut (Myumeccodia) dari jenis H. formicarum telah mulai dilakukan sejak 5 tahun yl, terutama yang berkaitan dengan evaluasi toksisitas, antioksidan dan antikanker. S
ejauh ini telah dilaporkan bahwa ekstrak metanol, metanol:air (1:1), dan air dari H. formicarum telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis sel tumor dan kanker se bagaimana Tata Cara in vitro dengan aktivitas yang cukup tinggi. Salah satu mekanisme yang telah terungkap ialah induksi apoptosis yang ditunjukkan dengan adanya perubahan morfologi dan fragmentasi DNA. Ekstrak etanol dari H. formicarum juga dilaporkan mengandung senyawa aktif inhibitor histone deacetylase (HDAC) yang memiliki aktivitas antikanker yang efektif. Inhibitor HDAC merupakan kelas senyawa aktif yang saat ini tengah diuji klinis sebagai antikanker. Inhibitor HDAC telah dibuktikan dapat menghambat pertumbuhan sel tumor, menginduksi diferensiasi dan menyebabkan kematian sel apoptotik dari sel-sel kanker payudara, paru-paru, indung telur, prostat dan usus. Diduga inhibitor HDAC menyebabkan aktivasi transkripsional dari beberapa gen yang ekspresinya menyebabkan penghambatan pertumbuhan tumor. Ekstrak air dan kloroform dari H. formicarum telah dilaporkan pula memiliki aktivitas antioksidan yang kuat melalui uji radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan konsentrasi penghambatan (IC50) masing-masing sebesar 32,95 mg/ml dan 39,1 mg/ml. Satu senyawa murni yang telah berhasil diisolasi dari ekstrak heksana H. formicarum ialah stigmasterol yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara dan sel kanker nasofaring dengan nilai LC50 sebesar 87,7 dan 34,3 mg/ml.
Multi khasiat sarang semut (Myumeccodia) jenis M. pendans diduga kuat berkaitan dengan kandungan senyawa aktifnya, terutama dari golongan flavonoid, tanin, tokoferol, multi-mineral (Ca, Na, K, P, Zn, Fe, Mg) dan polisakarida. Ekstrak etanol dari M. pendans memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC50 sebesar 48,6 mg/ml. Ekstrak yang sama memiliki aktivitas pula sebagai inhibitor xanthine oxidase (anti asam urat) yang setara dengan allopurinol pada konsentrasi 200 mg/ml.
Uji toksisitas yang telah dilakukan terhadap ekstrak air M. pendans menunjukkan bahwa konsumsi sarang semut (Myumeccodia) pada dosis 3 x 1 sendok makan (dosis yang lazim dikonsumsi) masih tergolong aman. Senyawa murni yang telah berhasil diisolasi ialah dari golongan steroid/terpenoid dan flavonoid glikosida. Cara Pemanfaatan untuk Pengobatan Alternatif Saat ini ada 2 bentuk produk sarang semut (Myumeccodia) yang beredar di pasaran, yaitu serbuk kering dan kapsul ekstrak air.
http://pusat.sarangsemutasli.com/

Kamis, 04 Oktober 2012

flavonoid


Antioksidan dapat berperan dalam mencegah sejumlah kanker dan penyakit jantung.
Melalui penelitian Hertog M. dkk. (1993) dan Peters U. dkk. (2001) diketahui bahwa minuman teh dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan sejumlah penelitian lainnya telah dilakukan untuk membuktikan mekanisme kerjanya.
Diketahui dalam salah satu penelitan bahwa flavonoid teh menurunkan kadar LDL teroksidasi, yang mana diketahui bahwa LDL teroksidasi ini dapat menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah (arteriosklerosis), meskipun demikian pada saat ini belum cukup terbukti terjadi dalam tubuh kita.
Aterosklerosis juga berkaitan dengan gangguan fungsi endotel akibat stress oksidatif dan sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa flavonoid teh dapat memperbaiki fungsi endotel. (Duffy SJ dkk. 2001 dan Hodgson JM dkk. 2002)

Penelitian pada hewan percobaan terbukti bahwa flavonoid teh dapat mengurangi jumlah dan ukuran tumor yang terdapat dalam paru, lambung, kulit, usus besar dan esofagus setelah hewan tersebut terpapar dengan zat karsinogenik. Penelitian pada manusia belum dapat diambil kesimpulan sehingga masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk dapat menentukan apakah zat-zat yang terdapat dalam teh berperan dalam mengurangi terjadinya kanker. Perlu diketahui bahwa dalam teh terdapat lebih 4000 macam bahan kimiawi.
Peneliti-peneliti terkemuka di dunia secara aktif mempelajari manfaat teh dan zat-zat yang terkandung di dalamnya untuk kesehatan. Melalui hasil-hasil penelitian klinik yang dilakukan dalam jumlah yang besar, manfaat yang tepat akan lebih diketahui.
http://dokita.co/blog/tanya-jawab-seputar-teh-dan-kesehatan-kita-bagian-2/